Sabtu, 09 Maret 2013

Kisah 3 Guru

Dengarlah kisah 3 orang guru
Ketiganya benar, pembawa kabar
Ketiganya orang sadar

Guru pertama lahir di bawah,
tanpa hadiah dan tanpa harta.
Di bawah atap yang seadanya.
Ibu ayahnya tanpa bercela

Guru kedua lahir di tengah,
lebih kurang tidak mengapa.
Tanpa ayah dan tanpa ibu,
dewasa ia terlindung penjaga

Guru ketiga lahir di atas,
dalam istana layaknya surga
Pangeran dicinta, pangeran dimanja
Sang pangeran lalu terjaga

Yang tiga tumbuh sunyi, yang tiga mengawasi.
Yang tiga tergerak, yang tiga digerakkan,
Yang tiga menggerakkan.
Yang tiga menggigit, mengunyah, kemudian menelan.
Ketiganya memutuskan, dan jadilah mereka yang terutuskan.

----------
Guru pertama menapak kaki di tempat suci.
Dunianya tertelan tatanan, dan yang penting malah terlupakan
Begitu kokoh berlapis-lapisan, begitu yakin tentang segala
Rumah tua begitu megah, begitu tua rapuh tiangnya
Rumah tua rumah yang megah, begitu megah berat atapnya

Maka berserulah guru pertama, pada segenap orang percaya
Coba lihat buramnya terang, yakin kadang membutakan!
Bagi setiap celah diceritakannya, tentang ayah yang benar, anak yang gelisah
Saat mereka lalu bertanya, tentang apa yang utama,
diceritakannya mengenai cinta

----------
Guru kedua terjaga di medan perang
Pada dataran tanpa batasan, yang serang akan bertahan dan yang menang boleh dikenang
Tanpa tali dan tanpa kekang, bukan salah kuda jika menerjang
Sumur hitam di padang gersang, jauh dan dalam si dasar lubang
Sumur gersang di padang hitam, isinya noda darah hukuman

Maka bangunlah guru kedua, diangkat perisai pada bahunya.
Dibawa jalan balut lantunan, susunan kata tiada dua.
Jangan mengganggu dan jangan terganggu, karena milikmu bukan milikmu
Bila engkau butuh mengerti, kenali dirimu dalam kendali.

----------
Guru ketiga terpaku di halaman taman
Pada roda tanpa putaran, yang di bawah tetap di bawah
Pada gerak tanpa tujuan, yang terdepan mungkin terbelakang
Saat semua begitu percaya bahwa yang ada pasti berguna,
pangkal salahlah menyangkal darah

Maka pergilah guru ketiga, mencari jawab sebelum tanya
Sejuta petuah dan sejuta serapah, pada akhirnya cuma udara
Silangan kaki di pohon tua nyanyi dan nari bagi semesta
Saat yang ada ternyata tiada, yang diperlukan hanyalah rela

----------

Sesudah usai masa bicara,
Ketiga guru berbelas hati
Bagi yang mendengar lalu mengerti,
Sebarkanlah berita ini

Maka sebarlah mereka semua,
Ke bukit-bukit dan lembah-lembah
Hingga jaman lelah berubah
sampai maknanya tinggal lemah


1 komentar: